MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PENGARUH
PSIKOLOGI TERHADAP KENAKALAN REMAJA
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen
: Tripanji Irianto, MM
oleh :
Mohammad Irfani
NPM : 0620085111
PBSI ( SORE )
Semester I
UNIVERSITAS
PEKALONGAN (UNIKAL)
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya bagi
Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas individu pembuatan makalah Psikologi Perkembangan.
Dalam makalah
ini, saya menjelaskan tentang pengaruh permasalahan remaja terhadap psikologi
perkembangan yang mana dalam pembahasan ini akan saya kupas secara jelas mulai
dari pengertian psikologi remaja; perkembangan psikologi remaja; pengertian kenakalan remaja;
faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja; akibat yang ditimbulkan
oleh kenakalan remaja; hubungan psikologi dan kenakalan remaja; upaya yang
dilakukan untuk menangani kenakalan remaja; sampai untuk mengetahui peranan agama
terhadap kenakalan remaja.
Kendati saya sudah berusaha dengan maksimal,
sebagai manusia yang dhoif saya akui, makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan, demi kesempurnaan
makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Tripanji Irianto, MM selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan materi dan masukan yang sangat berguna
untuk makalah ini.
Akhir kata saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi pembaca. Amiin...
Pekalongan, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................... ..... 2
C.
Tujuan Makalah ................................................................................. 2
D.
Kegunaan Makalah ............................................................................ 2
E.
Prosedur Makalah .............................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
A.
Pengertian Psikologi Remaja ............................................................. 4
B.
Perkembangan Psikologi Remaja ....................................................... 5
C.
Pengertian Kenakalan Remaja ..................................................... ..... 5
D.
Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Kenakalan Remaja ................. 7
E.
Akibat yang Ditimbulkan Oleh
Kenakalan Remaja .......................... 9
F.
Hubungan Psikologi dan Kenakalan
Remaja ................................... 10
G.
Upaya yang Dilakukan untuk Menangani
Kenakalan Remaja ......... 14
H.
Mengetahui Peranan Agama Terhadap
Kenakalan Remaja .............. 18
BAB III PENUTUP
............................................................................................. 20
A.
Simpulan ........................................................................................... 20
B.
Saran ................................................................................................. 21
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi
penyakit ganas di tengah-tengah masyarakat. Berbagai kasus kenakalan remaja
tersinyalir telah meresahkan masyarakat, semisal kasus pencurian, kasus asusila
seperti free sex, pemerkosaan, bahkan pembunuhan.
Sebenarnya kenakalan semacam itu normal
terjadi pada diri remaja karena pada masa itu mereka sedang berada dalam masa
transisi anak menuju dewasa. Perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal.
Dengan demikian, perilaku dikatakan normal
sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku
tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan
yang tidak disengaja. Namun, kontras dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang
akhir-akhir ini terjadi adalah kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan
dengan kesadaran.
Remaja memiliki potensi besar untuk melakukan
hal-hal menyimpang dari kondisi atau perilaku normal. Seperti ada pergolakan
dalam diri mereka untuk melakukakan hal-hal yang berbeda dengan yang lain di
sekelilingnya, hal-hal yang dianggap normal oleh kebanyakan orang. Mereka yang
menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal itu disebabkan karena
setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada
situasi tertentu. Sebaliknya, orang yang dianggap normal dapat menahan diri
dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Dorongan semacam itupun didasari oleh
berbagai hal, seperti motif untuk mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar
remaja yang pada usia itu sedang melalui tahap mengidentifikasi, misalnya meniru
apa yang dilakukan tokoh idola atau yang dianggapnya menarik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian
psikologi remaja?
2. Bagaimana
perkembangan psikologi remaja?
3. Apa pengertian
kenakalan remaja?
4. Apa faktor-faktor
yang melatarbelakangi kenakalan remaja?
5. Apa akibat yang
ditimbulkan oleh kenakalan remaja?
6. Bagaimana
hubungan psikologi dan kenakalan remaja?
7. Apa upaya yang
dilakukan untuk menangani kenakalan remaja?
8. Bagaimana peranan
agama terhadap kenakalan remaja?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. pengertian
psikologi remaja;
2. perkembangan
psikologi remaja;
3. pengertian
kenakalan remaja;
4. faktor-faktor
yang melatarbelakangi kenakalan reamaja;
5. akibat yang
ditimbulkan oleh kenakalan remaja;
6. hubungan
psikologi dan kenakalan remaja;
7. upaya yang
dilakukan untuk menangani masalah remaja;
8. untuk mengetahui
peranan agama terhadap kenakalan remaja.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan
kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah
ini berguna sebagai pengembangan konsep pengaruh psikologi terhadap kenakalan
remaja. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai
wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang pengaruh
psikologi terhadap kenakalan remaja;
2. pembaca/dosen,
sebagai media informasi tentang pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan teknik
studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literatur yang relevan dengan tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Psikologi Remaja
Masa yang paling indah adalah masa remaja. Masa
yang paling menyedihkan adalah masa remaja. Masa yang paling ingin dikenang
adalah masa remaja. Masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja.
Berikut
ini saya akan menjelaskan dahulu tentang 'Psikologi Remaja'.
1) Menurut Hurlock
(1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
2) Menurut Monks,
dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
3) Menurut Stanley
Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Berdasarkan
batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa
remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan
ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang
diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal
abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley
Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan
(storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson
masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada
empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk,
2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri
remaja.
B. Perkembangan
Psikologi Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap
sebagai periode “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis
remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat
depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak
terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh
karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja. Keadaan
emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu
saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja
lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang
akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang
baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990),
yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan
remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan
dengan dirinya. Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap
kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain,
remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag,
remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
C. Pengertian
Kenakalan Remaja
Dalam kehidupan para remaja sering kali
diselingi hal hal yang negative dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan
sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada
saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negative
yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri
merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma
sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan
yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan
kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan
penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam
masyarakat.
3.
Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun
gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan
remaja :
1. Anak-anak yang
tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang
demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2. Anak-anak yang
sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah.
Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai
pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari
padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
3. Anak-anak yang
sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri
tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada
kegoncangan emosi.
4. Anak-anak yang
mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan
anal-anak normal.
5. Anak-anak yang
suka berbohong.
6. Anak-anak yang
suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
7. Anak-anak yang
menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan
sengaja menghambat mereka.
8. Anak-anak yang
tidak sanggup memusatkan perhatian.
Dengan sedikit
pengertian kenalan remaja diatas membuat kita akan lebih mengerti akan sikap
dan perilaku remaja kita apakah baik baik saja ataukah sudah mengarah pada
suatu kenakalan remaja.
Dalam pengertian
lain, kenakalan remaja itu disebut Juvenille
delinquency.Yaitu perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan
anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak
dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.Anak-anak muda yang
delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial.Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh
pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat.Juvenile beraal dari bahasa latin juvenilis, artinya : anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada
masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.Delinquent berasal dari kata latin
“delinquere” yang berarti : terabaikan, mengabaikan, yang kemudian
diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat
ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan
lain-lain.
D. Faktor-faktor
yang Melatarbelakangi Kenakalan Remaja
Wijaya (http://wija091.multiplay.com)
menyatakan “Faktor-faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja” adalah sebagai berikut sebagai berikut :
1. Kurangnya
perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang
memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar
dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu
baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik
atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang
menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken home,
rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya,
keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu
merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
2. Minimnya
pemahaman tentang keagamaan
Di dalam kehidupan berkeluarga kurangnya
pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja
Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting karena
nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah karena
perubahan waktu dan tempat.
Dalam pembinaan moral ataupun agama bagi
remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya
karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang
salah, juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam
lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah
tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik. Maka
pembinaan moral harus dimulai dari orang tua baik perlakuan, pelayanannya
kepada remaja dapat memperlihatkan contoh teladan yang baik melaksanakan shalat
dan sebagainya yang merupakan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif
karena apa yang diperoleh dalam rumah tangganya akan dibawa kelingkungan
masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting
sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara
untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam
pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.
Sebenarnya pemahaman tentang agama sebaiknya
dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan
pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka
remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di
setiap harinya.
Dalam masyarakat sekarang yang sudah begitu
mengagungkan ilmu pengetahuan, kaidah-kaidah moral dan tata susila yang
dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi tertinggal dibelakang. Dan
didalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang
dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan –
perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi
anak-anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.
Kekurangan spiritual termasuk ketidak pahaman
secara utuh tentang ajaran Islam sehingga mereka melakukan apa saja yang
menjadi keinginan serta kemauan mereka.
3. Pengaruh
lingkungan dan pergaulan
Di
dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan mengganggu
ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat, pergaulan dengan
teman sebayanya yang mana sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagai mana kita
ketahui bahwa para remaja sangat senag dengan gaya hidup yang baru tanpa
melihat faktor negatifnya. Karena dianggap ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.
E.
Akibat-akibat
yang Ditimbulkan oleh Kenakalan Remaja
Secara umum
akibat yang ditimbulkan dari kenakalan remaja ada 3, antara lain:
1.
Bagi
diri remaja itu sendiri
Akibat dari
kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya sendiri dan sangat
merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan
suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya
bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup
yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja
tersebut akan mengantarnya kepada memtal-mental yang lembek, berfikirnya tidak
stabil dan keperibadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan endingnya
akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung
selama tidak ada yang mengarahkan.
2. Bagi
Keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya
dapat menjadi tulang punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi
bekerja. Dan oleh para orang tuanya apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari
ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak harmonisan didalam kekuarga, komunikasi
antara orang tua dan anak akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak
baik, Sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang
pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk
bersenang-senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan
narkotika. Dan menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang
telah dilakukan oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan
rasa kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.
3. Bagi
lingkungan masyarakat
Di
dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa
atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang
mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu
akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Dan apabila remaja sekali saja berbuat
kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Sehingga masyarakat
menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan ataupun
mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki moral
rusak. Dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek Dan
untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan
hati yang penuh keikhlasan.
F. Hubungan Psikologi
dan Kenakalan Remaja
Alimudin (http://tabloid_info.sumenep.go.id/) menyatakan bahwa “Manusia adalah suatu
mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia
harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.”
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu
tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs,
namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs
lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat
diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh.
Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Harapan terhadap remaja cukup banyak. Remaja
adalah pewaris masa depan, pelapor pembangunan, pendobrak kebekuan dan saat
bangsa dan negara dalam keadaan kritis. Harapan itu seringkali merusak serta
menghambat psikologinya karena prilaku menyimpangnya. Bagaimanapun prilaku menyimpang
yang dilaku kan remaja sering mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan
ketertiban hidup dalam masyarakat.
Menurut etimologi kenakalan remaja (juvenile
deliquency) berarti suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja
hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Setiap tindakan
kenakalan remaja betapapun kecil dan sederhananya yang tidak mendapatkan
teguran dan penjelasan untuk memperbaiki kondisi remaja ke depan. Untuk itu,
mereka membuktikan bantuan orang lain yang memberikan informasi yang akurat
tentang baik buruk, benar salah sekalipun cukup akrab, namun karena tidak
mendapatkan akses informasi lebih baik dapat menjerumuskan ke lembah kehinaan. Remaja
adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode
perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
1. Masa
Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa
peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih
singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan
yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai
berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Di samping itu, perkembangan intelektualitas
yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini
cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering
diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua,
mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai
"hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala
yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung
lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan
pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini
yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin
diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan
kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin
berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang
berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan,
seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya.
Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang
formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka
akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung
ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh
pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka
tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis.
Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik
yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus
ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu
merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang
sangat-sangat berat. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa
masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu
bahwa orang tuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini akan
mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
2. Masa
pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana
perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan
perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan
lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang
gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah
labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar
diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka
melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini
semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat
peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
3. Masa
akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa
sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki
maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan
harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa
ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan
remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan
fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan
psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode
remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai
kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu
idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa
mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan
mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya.
Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase
ini.
Kenakalan
remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa
kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat,
dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara
psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan
tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya.
G. Upaya yang
Dilakukan untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja
1. Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
- Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja dididik untuk pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Kenakalan remaja
dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum
maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan masalah kenakalan
dapat terbagi ke dalam :
a. Tindakan
Preventif
1) Usaha pencegahan
timbulnya kenakalan remaja secara umum
a) Mengenal dan
mengetahui ciri umum dan khas remaja;
b) Mengetahui
kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran
dalam bentuk kenakalan;
c) Usaha pembinaan
remaja :
§ Menguatkan sikap
mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
§ Memberikan
pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan
pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan
etiket.
§ Menyediakan
sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi
yang wajar.
§ Usaha memperbaiki
keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana
terjadi banyak kenakalan remaja.
2) Usaha pencegahan
kenakalan remaja secara khusus
Dilakukan
oleh para pendidik terhadap kelainan tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental
di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama
dengan para pendidik lainnya. Sarana pendidikan lainya mengambil peranan
penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat.
Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap
remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap
penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.
Pemberian
bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja
mengenai:
a) Pengenalan diri
sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b) Penyesuaian diri:
mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
c) Orientasi diri:
mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap
sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang dilakukan dengan dua
pendekatan:
a) Pendekatan
langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itui
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu
mengatasinya.
b) Pendekatan
melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok
kecil tersebut:
§ Memberikan
wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
§ Memperkuat
motivasi atau dorongan untuk bertingklaku baik dan merangsang hubungan sosia;
yang baik.
§ Mengadakan
kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukaka pandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
§ Dengan melakukan
permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan
persekutuan denga Pembimbing.
b. Tindakan
Represif
Usaha
menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
1) rumah, remaja
harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu adanya
semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan
tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten.
Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak
dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
dan umur.
2) Di sekolah,
kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran
tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi
hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data
mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya.
Pada umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan
peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan
pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan
melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergabtung dari macam
pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.
c. Tindakan
Kuratif dan Rehabilitasi
Dilakukan
setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah
tingkahlaku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi.
Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi
oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
H. Peranan Agama
terhadap Kenakalan Remaja
Muslih et.al. (2008: 171)
mengemukakan bahwa ”Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan
agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan
remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu
para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam
hidupnya.”
Di dalam ajaran agama
Islam bahwa adanya kebutuhan terhdap agama disebabkan manusia selaku mahluk
Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah
satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama Islam.
Pada hakikat manusia
membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan
petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat
penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam menghadapi segala macam
persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pendidikan agama hendaknya dapat
diwarnai kepribadian remaja, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari
pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan dikemudian hari. Untuk
pembinaan pribadi itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang
benar-benar mencerminkan agama dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara
berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan dan keseluruhan pribadinya,
pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan
tercermin dalam pribadi remaja.
Fungsi pendidikan agama
Islam yang sekaligus suatu proses sosialisasi pada lingkungan atau lembaga
pendidikan keluarga, antara lain:
a.
Pembekalan, yaitu untuk
membimbing anak dalam memiliki akhlak.
b.
Penerangan, yaitu
membantu anak untuk mengetahui pinsip-prinsip dan hukum agama agar dalam
pelaksanaannya sesuai dengan ajaran agama.
c.
Perbaikan, yaitu untuk
menolong anak dalam membina akidah yang baik dan benar serta pembentukan jiwa
keagamaan yang kokoh.
d.
Penyadaran, yaitu untuk
memberikan pemeliharaan anak-anak atau remaja agar memahami dan mampu menjaga
kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
e.
Pengajaran, yaitu untuk
menyiapkan peluang dan suasana praktis untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan
akhlak dalam kehidupan.
Jadi fungsi pendidikan Islam adalah realisasi dari
cita-cita ajaran Islam, yang membawa misi kesejahteraan manusia sebagai hamba
Allah lahir dan batin di dunia dan akhirat. Untuk itu, agama berfungsi sebagai
terapi bagi jiwa yang gelisah dan teganggu. Agama berperan sebagai pencegahan
terhadap gangguan kejiwaan dan merupakan fakor pembinaan mental bagi remaja.
Dengan demikian, agama dan keyakinan merupakan kebutuhan jiwa yang penting bagi
remaja yang dapat memberikan bantuan untukmelepaskan diri dari goncangan jiwa
dan gejolak-gejolak jiwa yang hebat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manusia adalah suatu mahluk
somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus
menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial. Remaja adalah mereka
yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan
fisik dan psikis sebagai berikut :
1.
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
2.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
3.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
4.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Remaja adalah
masa yang penuh dengan permasalahan.Masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri.Perkembangan psikologis ditekankan pada
keadaan emosi remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan
pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.Faktor-faktor yang
melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai
berikut:
1.
Kurangnya
perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang;
2.
Minimnya
pemahaman tentang keagamaan;
3.
Pengaruh
lingkungan dan pergaulan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan
remaja ada 3 antara lain:
1.
Bagi
diri remaja itu sendiri;
2.
Bagi
keluarga;
3.
Bagi
lingkungan masyarakat.
Upaya penanggulangan masalah kebakalan dapat
di bagi dalam:
1.
Tindakan
Preventif;
2.
Tindakan
Represif;
3.
Tindakan
Kuratif dan Rehabilitasi.
Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini
disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam
kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat
membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi
dalam hidupnya.
B. Saran
Kondisi psikologis
seorang remaja sangat berpengaruh dalam sikap dan tindakannya, maka semua pihak
harus berusaha memperhatikan perkembangan psikologi remaja agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu kita hendaknya turut berperan aktif untuk menanggulangi maraknya
kenakalan di kalangan remaja. Kita hendaknya turut melakukan upaya-upaya untuk
menghindarkan mereka dari perbuatan yang tidak pantas mereka lakukan.
Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung
jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan
masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua),
sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat,
yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
·
Kartono,
kartini. 2003. Patologi sosial II
Kenakalan Remaja. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar