Cerpen Eka Hardiyanti (Juni 2014)
Mendung
tak Berujung
Malam ini aku
tak sanggup memejamkan mata, pikiranku kabur entah kemana. Mengingat omongan
bapak tadi siang di sawah saat aku mengirim makanan untuk bapak dan parah buruh
tani lainnya.
“sudahlah yanti, jangan kau fikirkan lagi si
yusuf !! itu akan membuatmu semakin bingung, lihatlah sekarang kamu kurus
seperti ini”
Mungkinkah aku bisa tak memikirkan
mas yusuf kekasih ku? Ah rasanya sulit. Untuk sekejap memejamkan mata dan
sekejap menghilangkan bayanganya saja rasa nya tak mampu.
Sudah dua minggu aku tak berjumpa
dengan mas yusuf, rasa rindu ini tak mampu terbendung menjebol pagar hatiku,
aku tak bisa berlama-lama tanpanya. Apalagi jika memikirkan keinginan kami
untuk segera menikah, dua minggu lalu di kebun kelapa pinggir desaku kami
bertemu dan mencoba membicarakan hal itu kembali, setelah berpuluh-puluh kali
kami membahasanya,kami tak menemukan jalan keluar ! apa yang membuat sulit?
Jelas kami saling mencintai, kehidupan mas yusuf pun aku rasa sudah cukup mapan
untuk menghidupi keluarga kecil kami nanti nya ! lalu apa lagi?
Inilah hal yang selalu memekik
pikiran dan perasaanku, sulit menemukan celah untuk keluar dari maslah kami.
Aku hanya seorang anak petani desa
biasa, akupun hanya lulusan pondok pesantren didesaku, tak ada pendidikan
tinggi yang kuambil setelah mondok.
Aku memilih bekerja dirumah membantu bapak ibukku mengurus rumah dan sawah.
Kalaupun aku meneruskan pendidikan ku pastilah akan sangat memberatkan orang
tuaku, apalagi adikku fatma yang juga membutuhkan biaya untuk masuk pondok,
keluargaku tak ada yang memiliki pendidikan tinggi, meneruskan sekolah setelah
dari pondok hijrah kekota. Dulu aku sempat ingin kekota meneruskan sekolah
bersama darningsih teman satu pondok sekaligus satu desa denganku. tapi aku
fikir tidaklah ! bagaimana nanti kalo aku ke kota, siapa yang akan membantu
ibukku, siapa yang akan membiayai aku dan fatma? Dengan berat hati aku urungkan
niatku dan memendam cita-cita ku menjadi guru ! yaa..aku ingin menjadi guru,
rasanya bangga sekali jika aku bisa menyandang gelar sarjana dan bisa mengajar
disekolah didesakku, tapi inilah takdirku, takdir yang membawaku pada kehidupan
yang sekarang ini, aku nikmati hari-hari ku menjadi gadis desa biasa hingga
akhirnya aku bertemu dengan mas yusuf ! tak pernah aku mengira saat aku
berjalan membawa makanan yang akan ku antarkan pada bapak kesawah aku bertemu
dengan cintaku, dengan kekasihku di persimpangan jalan. Mas yusuf begitu gagah,
tinggi,menawan, dan mempesona, entah apa yang membawa kami pada sebuah cinta
yang indah sampai saat ini.
Waktu
itu mas yusuf sedang berjelajah dihutan karena profesinya sebagai anggota
militer, mas yusuf adalah anggota TNI angkatan darat yang sedang bertugas
didesaku.
Pesona cinta yang membawa kami pada
hubungan ini, pertemuan itu berlanjut pada hubungan serius hingga akhirnya mas
yusuf mengungkapkan perasaannya padaku, mungkin karena kita terbiasa bertemu
diujung jalan sana, pertemuan yang tak pernah sengaja membawa niat mas yusuf
untuk melamarku ! tapi tak semulus yang aku bayangkan, aku tak menyangka
penolakan keluarga mas yusuf sangat keras, alasannya karena aku hanya gadis
desa anak petani kecil sedangkan mas yusuf lahir dari keluarga militer yang
terpandang, bapak nya juga anggota TNI ibunya sangat mpriyayi yang
harus mempertimbangkan segala hal dengan matang. Ditambah lagi mas yusuf adalah
anak satu-satunya dalam keluarga nya. Ibunya menginginkan mas yusuf menikah
dengan perempuan yang sepadan yang derajatnya sama dengan mereka.
Entahlah saat itu bagaimana
perasaanku, yang jelas aku sangat kecewa saat mas yusuf mengungkapkan nya saat
kita bertemu.
Aku dan mas yusuf sudah
berkali-kali meyakinkan orang tua mas yusuf tapi semua nihil, tak pernah
terbuka hati mereka untukku.
Aku tak mampu menyembunyikan ras
sedihku, rasa tak terima karena ini menyangkut harga diriku dan keluargaku.
Mas yusuf selalu meyakinkanku agar
aku bersabar tetapi aku tak mampu bertahan.
Hanya pada sang pemberi hidup aku
mengadukan kegundahanku, aku menangis,mengeluh semua hanya padanya.
Suatu kali mas yusuf menekan orang
tuanya agar melamarkan aku untuknya tetapi keinginan mas yusuf semakin mebuat
orang tuanya keras tak bergeming.
Entah apa salah ku dan orang tuaku,
aku terlahir dari keluarga sederhana, tetapi tak mengurangi ketakwan kami pada
sang pemberi hidup. Ku syukuri kehidupanku, walau aku hanya gadis desa anak
petani biasa tetapi bapakku bertanggung jawab tak pernah menelantarkan aku dan
fatma, orang tuaku memberikan kasih sayang nya pada kami seutuhnya, membiayai
hidup kami sampai saat ini, tetapi usaha orang tuaku hanya di pandang sebelah
mata oleh orang tua mas yusuf.
Rasa
cinta kami yang mampu membuat aku dan mas yusuf bertahan hingga saat ini. Bulan
depan mas yusuf akan pergi keluar jawa karena tugasnya, semakin jauh saja
keinginan kami, semakin sulit untuk kami gapai, bagaimana nanti jika mas yusuf
tak menemui ku lagi, tak ingat padaku lagi? Fikiran itu terus terbayang
dibenakku.
Paginya aku terbangun dengan mata
yang masih menyipit, lelah sekali rasanya, entah karena bekerja seharian atau
karena memikirkan mas yusuf aku tak tau. Aku beranjak dari tempat tidurku
menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pagi ini aku berniat akan pergi
kepasar seperti menyiapkan makanan untuk bapak dan para buruh tani lainnya. Aku
berjalan sempoyongan, masih terasa ngantuk sekali karena semalam aku tidur tak
lelap !
Setelah selesai aku langsung
berjalan menuju pasar, langkah kakiku tak membuat fikiranku lepas dari mas
yusuf. Sesampai dipasar aku dibuat kaget oleh teriakan seorang ibu yang
memanggil nama ku.
“yantii..”
“ibuu..sedang berbelanja juga? Senang kita bertemu disini”
“ibuu..sedang berbelanja juga? Senang kita bertemu disini”
Ternyata ibu mas yusuf yang
memanggilku, aku kaget,tercengang, akan berbuat apa aku setelah ini. Orang yang
membenciku dan sangat menentangku dengan mas yusuf kini memanggil namaku !
entah ada urusan apa.
“iyaa..aku sedang berbelanja
untuk syukuran yusuf yang telah dipindah tugaskan ke luar jawa, apa kamu sudah
tau tentang hal itu?”
“iyaa bu, mas yusuf telah
menyampaikannya padaku”
“baguslah yanti kalau kau sudah
mengerti”
Tetap dengan nada sinis ibu mas
yusuf menyampaikan hal itu, hatiku semakin teriris mendengar mas yusuf yang
akan pergi jauh meninggalkan ku, sekarang saja dia tak tampak menemuiku
beberapa minggu ini, apa dia sudah melupakan aku dan menuruti orang tuanya
untuk meninggalkanku? Entahlah !
“kapan syukuran itu akan
dilaksanakan bu?”
“besok malam, aku ingin kau datang
yanti”
“aku bu..?”
Untuk apa aku datang? Bukankah
selama ini aku tak diinginkan dalam keluarga mas yusuf, aku bicara sendiri
dalam hati dan sebentar melamun.
“yaa..karena ada yang ingin kami
bicarakan padamu yanti”
“baiklah bu..akan aku usahakan
besok”
“yaa..kalau begitu aku akan
melanjutkan belanja ku yanti”
“baiklah bu..aku juga akan
pulang”
Setelah pertemuan ku dengan ibu mas
yusuf aku tak henti-hentinya melamun memikirkan hal apa yang akan dibicarakan
keluarga mas yusuf denganku. Apakah mereka sudah merestuiku? Mungkinkah begitu,
aku tak yakin jika melihat gelagat bijara ibu mas yusuf yang sepertinya masih
tetap sinis pada ku tadi pagi dipasar.
Esok
harinya dengan hati bertanya-tanya aku berjalan melangkah menuju rumah mas
yusuf, jarak rumah ku dengan rumah mas yusuf memang tak terlalu jauh. Sesampai
disana sepertinya aku terlambat karena sudah tak ada orang yang menghadiri
acara itu, hanya keluarga
kecil mas yusuf yang aku lihat berada diruang tamu.
“masuklah yanti,dudklah”
“terimakasih bu..”
Setelah tak lama aku duduk aku
melihat seseorang yang selama ini aku rindukan, tubuh tegap mempesona itu keluar
dari bilik nya. Ia tersenyum padaku, senyumnya membuat aku tau bahwa dia juga
sangat merindukankku. Aku tak mengedipkan mata pandangan kami sama-sama
tertuju, debar itu semakin aku rasakan hingga aku terkaget oleh suara yang
menyadarkanku.
“yanti kami sengaja memanggilmu kesini untuk membicarakan hubunganmu dengan yusuf”
“yanti kami sengaja memanggilmu kesini untuk membicarakan hubunganmu dengan yusuf”
Suara ibu mas yusuf membuatku
tertunduk, aku lihat mas yusuf duduk tepat berada didepanku, matanya sangat
teduh membuat ku terasa nyaman. Tapi fikiranku tak lepas dari perkataan ibu mas
yusuf. Apa maksud dari perkataanya barusan? Apakah itu tandanya orang tua mas
yusuf merestui kami, sebelum fikiranku terbang kemana-mana aku segera menyahuti
ibu mas yusuf.
“maksud ibu ..?”
Aku masih terheran-heran, masih
sangat bingung apa maksud semua ini?
“iya..selama ini kamu tau yusuf
anak kami satu-satunya. Kamu menginginkan kebahagiaan yusuf seutuhnya”
Aku mulai tau arah pembicaraan ibu
mas yusuf, sepertinya ia masih tetap bergeming pada hubungan kami. Saat aku
akan menyahut suara lembut seorang laki-laki mendahului ku.
“kebahagiaanku hanya pada yanti bu..aku bahagia bersamanya aku tetap akan menikahi yanti setelah aku selesai bertugas”
“kebahagiaanku hanya pada yanti bu..aku bahagia bersamanya aku tetap akan menikahi yanti setelah aku selesai bertugas”
Mas yusuf seperti membawa angin
segar untuk ku,untuk hatiku. Tetapi suara keras tiba-tiba seperti tak terima
keluar dari mulut ibu mas yusuf.
“yusuf..apa yang kau katakan,
sadarkah kau yusuf? Turutilah ibumu yang ingin membuatmu bahagia. Carilah
wanita yang sepadan dengan kita”
Kata-kata itu membuatku terisak,
aku tak terima, aku teringat orang tuaku, salahkah aku dan orang tuaku yang
terlahir sebagai keluarga sederhana. Mas yusuf memandangku iba, aku tetap
terisak. Ternyata inilah yang akan dibicarakan keluarga mas yusuf padaku.
“bu sudah aku katakan aku hanya bahagia dengan yanti, tak ada seorang lagi selain yanti”
“bu sudah aku katakan aku hanya bahagia dengan yanti, tak ada seorang lagi selain yanti”
Mas yusuf tetap pada pendiriannya,
tetap ingin menikahiku. Tetapi rasa sedih dan kecewaku membuat aku tak mampu
bertahan di rumah itu. Aku berdiri dan beranjak keluar, aku tak tahan aku tak
memikirkan apa-apa lagi. Rasa kecewa ku pada keluarga mas yusuf telah
tertumpuk.
Malam harinya mas yusuf datang
menemui aku, aku merasakan bahwa mas yusuf memang benar-benar mencintaiku,
inilah buktinya mas yusuf datang membawa sejuta harapan.
Mas yusuf datang sekaligus
berpamitan, ia berjanji akan kembali untukku, akan melamarku setelah ia selesai
dari tugasnya,tanpa restu orang tuanya sekalipun ia nekad kali ini.
Dua
tahun setelah aku menunggu akhirnya mas yusuf kembali, kembali padaku, selama
ini ku jaga diriku dan cintaku hanya untuk menunggu mas yusuf. Penantianku tak
sia-sia malam itu sosok tinggi tegap mengetuk pintu membuat debar jantungku tak
terkontrol.
“mas yusuf, kau kembali mas”
“iya yanti ini aku, aku kembali
untukku, aku ingin bertemu orang tua mu yanti”
“untuk apa mas, ayolah masuk”
Setelah mas yusuf duduk aku
beranjak kedalam untuk memanggil bapak dan ibuku. Bapak dan ibuku sama kagetnya
melihat mas yusuf yang lama tak terlihat, sekali datang ia mengajak orang tuaku
bicara serius. Mas yusuf langsung mengungkapkan maksudnya yang membuatku
berbinar senang sekali.
“tapi yusuf bagaimana dengan
orang tuamu yang tak menyetujui hubungan kalian?”
“aku sudah bicara dengan
keluargaku diwonosobo pak, mereka mendukungku, mereka juga tau sikap orang
tuaku yang keras, mereka siap datang untuk aku dan yanti”
“baguslah suf, lalu bagaimana
selanjutnya? Apa kita akan segera menentukan tanggalnya?”
“seperti aku belum bisa
menentukan tanggalnya pak”
Perkataan mas yusuf mencekat
pikiranku, aku tak tau apa yang dimaksudnya.
“maksud mas yusuf apa?
“6 bulan kedepan aku harus
meneruska tugasku yanti, setelah itu aku pulang dan menetap disini, timor leste
tempatku bertugas disana masih terjadi perang yanti aku mohon doa padamu semoga
semua selesai tepat waktu”
“tentu mas, doa ku selalu
menyertaimu”
“baiklah pak aku pamit pulang,
aku akan kemari setelah tugasku selesai, aku akan membawa keluargaku dari
wonosobo”
“iya suf, jangan kecewakan yanti”
“tentu pak, aku mohon doa”
Mas yusuf keluar dari rumahku
setelah berpamitan dengan bapak dan ibuku, aku mengantarkanya sampai depan
pintu.
“mas segeralah kembali”
“pasti yanti”
Setelah
pertemuan malam itu aku tak pernah lagi bertemu dengan mas yusuf, hanya doa
yang mampu mengobati rinduku pada mas yusuf. Hari demi hari aku lalui tanpa mas
yusuf. Rasa cinta ini semakin tumbuh subur, aku ingin segera merengkuh
kebahagiaan dipelaminan bersama mas yusuf.
Sampai
suatu ketika kabar tentang mas yusuf membuatku hancur, aku tak mampu
berkata-kata. Nyawaku seperti copot dari ragaku, langit seketika mendung
menghitam, setelah darningsih datang dan mengabarkan bahwa mas yusuf meninggal
saat terjadi konflik memanas ditimor leste. Suami darningsih juga anggota TNI
yang sama-sama bertugas dengan mas yusuf ditimor leste.
Aku tak mampu berdiri tegap,tak
bisa percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin allah mengambil mas yusuf
dariku, setelah sekian lama aku menunggu. Inikah hukuman untuk kami karena
menentang orangtua mas yusuf. Tetapi aku tak bisa terima semua hancur, mas
yusuf pergi meninggalkan janji-janjinya padaku. Kepada siapa lagi aku memberika
cinta ku kalau bukan untuk mas yusuf, tetapi kini ia telah pergi jauh
meninggalkan aku sendiri.
SELESAI !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar