Sabtu, 07 Juni 2014

Cerpen Mendung Tak Berujung (Eka Hardiyanti)

Cerpen Eka Hardiyanti (Juni 2014)

Mendung tak Berujung

Malam ini aku tak sanggup memejamkan mata, pikiranku kabur entah kemana. Mengingat omongan bapak tadi siang di sawah saat aku mengirim makanan untuk bapak dan parah buruh tani lainnya.
sudahlah yanti, jangan kau fikirkan lagi si yusuf !! itu akan membuatmu semakin bingung, lihatlah sekarang kamu kurus seperti ini”
Mungkinkah aku bisa tak memikirkan mas yusuf kekasih ku? Ah rasanya sulit. Untuk sekejap memejamkan mata dan sekejap menghilangkan bayanganya saja rasa nya tak mampu.
Sudah dua minggu aku tak berjumpa dengan mas yusuf, rasa rindu ini tak mampu terbendung menjebol pagar hatiku, aku tak bisa berlama-lama tanpanya. Apalagi jika memikirkan keinginan kami untuk segera menikah, dua minggu lalu di kebun kelapa pinggir desaku kami bertemu dan mencoba membicarakan hal itu kembali, setelah berpuluh-puluh kali kami membahasanya,kami tak menemukan jalan keluar ! apa yang membuat sulit? Jelas kami saling mencintai, kehidupan mas yusuf pun aku rasa sudah cukup mapan untuk menghidupi keluarga kecil kami nanti nya ! lalu apa lagi?
Inilah hal yang selalu memekik pikiran dan perasaanku, sulit menemukan celah untuk keluar dari maslah kami.
Aku hanya seorang anak petani desa biasa, akupun hanya lulusan pondok pesantren didesaku, tak ada pendidikan tinggi yang kuambil setelah mondok. Aku memilih bekerja dirumah membantu bapak ibukku mengurus rumah dan sawah. Kalaupun aku meneruskan pendidikan ku pastilah akan sangat memberatkan orang tuaku, apalagi adikku fatma yang juga membutuhkan biaya untuk masuk pondok, keluargaku tak ada yang memiliki pendidikan tinggi, meneruskan sekolah setelah dari pondok hijrah kekota. Dulu aku sempat ingin kekota meneruskan sekolah bersama darningsih teman satu pondok sekaligus satu desa denganku. tapi aku fikir tidaklah ! bagaimana nanti kalo aku ke kota, siapa yang akan membantu ibukku, siapa yang akan membiayai aku dan fatma? Dengan berat hati aku urungkan niatku dan memendam cita-cita ku menjadi guru ! yaa..aku ingin menjadi guru, rasanya bangga sekali jika aku bisa menyandang gelar sarjana dan bisa mengajar disekolah didesakku, tapi inilah takdirku, takdir yang membawaku pada kehidupan yang sekarang ini, aku nikmati hari-hari ku menjadi gadis desa biasa hingga akhirnya aku bertemu dengan mas yusuf ! tak pernah aku mengira saat aku berjalan membawa makanan yang akan ku antarkan pada bapak kesawah aku bertemu dengan cintaku, dengan kekasihku di persimpangan jalan. Mas yusuf begitu gagah, tinggi,menawan, dan mempesona, entah apa yang membawa kami pada sebuah cinta yang indah sampai saat ini.
            Waktu itu mas yusuf sedang berjelajah dihutan karena profesinya sebagai anggota militer, mas yusuf adalah anggota TNI angkatan darat yang sedang bertugas didesaku.
Pesona cinta yang membawa kami pada hubungan ini, pertemuan itu berlanjut pada hubungan serius hingga akhirnya mas yusuf mengungkapkan perasaannya padaku, mungkin karena kita terbiasa bertemu diujung jalan sana, pertemuan yang tak pernah sengaja membawa niat mas yusuf untuk melamarku ! tapi tak semulus yang aku bayangkan, aku tak menyangka penolakan keluarga mas yusuf sangat keras, alasannya karena aku hanya gadis desa anak petani kecil sedangkan mas yusuf lahir dari keluarga militer yang terpandang, bapak nya juga anggota TNI ibunya sangat mpriyayi yang harus mempertimbangkan segala hal dengan matang. Ditambah lagi mas yusuf adalah anak satu-satunya dalam keluarga nya. Ibunya menginginkan mas yusuf menikah dengan perempuan yang sepadan yang derajatnya sama dengan mereka.
Entahlah saat itu bagaimana perasaanku, yang jelas aku sangat kecewa saat mas yusuf mengungkapkan nya saat kita bertemu.
Aku dan mas yusuf sudah berkali-kali meyakinkan orang tua mas yusuf tapi semua nihil, tak pernah terbuka hati mereka untukku.
Aku tak mampu menyembunyikan ras sedihku, rasa tak terima karena ini menyangkut harga diriku dan keluargaku.
Mas yusuf selalu meyakinkanku agar aku bersabar tetapi aku tak mampu bertahan.
Hanya pada sang pemberi hidup aku mengadukan kegundahanku, aku menangis,mengeluh semua hanya padanya.
Suatu kali mas yusuf menekan orang tuanya agar melamarkan aku untuknya tetapi keinginan mas yusuf semakin mebuat orang tuanya keras tak bergeming.
Entah apa salah ku dan orang tuaku, aku terlahir dari keluarga sederhana, tetapi tak mengurangi ketakwan kami pada sang pemberi hidup. Ku syukuri kehidupanku, walau aku hanya gadis desa anak petani biasa tetapi bapakku bertanggung jawab tak pernah menelantarkan aku dan fatma, orang tuaku memberikan kasih sayang nya pada kami seutuhnya, membiayai hidup kami sampai saat ini, tetapi usaha orang tuaku hanya di pandang sebelah mata oleh orang tua mas yusuf.
            Rasa cinta kami yang mampu membuat aku dan mas yusuf bertahan hingga saat ini. Bulan depan mas yusuf akan pergi keluar jawa karena tugasnya, semakin jauh saja keinginan kami, semakin sulit untuk kami gapai, bagaimana nanti jika mas yusuf tak menemui ku lagi, tak ingat padaku lagi? Fikiran itu terus terbayang dibenakku.
Paginya aku terbangun dengan mata yang masih menyipit, lelah sekali rasanya, entah karena bekerja seharian atau karena memikirkan mas yusuf aku tak tau. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pagi ini aku berniat akan pergi kepasar seperti menyiapkan makanan untuk bapak dan para buruh tani lainnya. Aku berjalan sempoyongan, masih terasa ngantuk sekali karena semalam aku tidur tak lelap !
Setelah selesai aku langsung berjalan menuju pasar, langkah kakiku tak membuat fikiranku lepas dari mas yusuf. Sesampai dipasar aku dibuat kaget oleh teriakan seorang ibu yang memanggil nama ku.
“yantii..”
“ibuu..sedang berbelanja juga? Senang kita bertemu disini”
Ternyata ibu mas yusuf yang memanggilku, aku kaget,tercengang, akan berbuat apa aku setelah ini. Orang yang membenciku dan sangat menentangku dengan mas yusuf kini memanggil namaku ! entah ada urusan apa.
“iyaa..aku sedang berbelanja untuk syukuran yusuf yang telah dipindah tugaskan ke luar jawa, apa kamu sudah tau tentang hal itu?”
“iyaa bu, mas yusuf telah menyampaikannya padaku”
“baguslah yanti kalau kau sudah mengerti”
Tetap dengan nada sinis ibu mas yusuf menyampaikan hal itu, hatiku semakin teriris mendengar mas yusuf yang akan pergi jauh meninggalkan ku, sekarang saja dia tak tampak menemuiku beberapa minggu ini, apa dia sudah melupakan aku dan menuruti orang tuanya untuk meninggalkanku? Entahlah !
“kapan syukuran itu akan dilaksanakan bu?”
“besok malam, aku ingin kau datang yanti”
“aku bu..?”
Untuk apa aku datang? Bukankah selama ini aku tak diinginkan dalam keluarga mas yusuf, aku bicara sendiri dalam hati dan sebentar melamun.
“yaa..karena ada yang ingin kami bicarakan padamu yanti”
“baiklah bu..akan aku usahakan besok”
“yaa..kalau begitu aku akan melanjutkan belanja ku yanti”
“baiklah bu..aku juga akan pulang”
Setelah pertemuan ku dengan ibu mas yusuf aku tak henti-hentinya melamun memikirkan hal apa yang akan dibicarakan keluarga mas yusuf denganku. Apakah mereka sudah merestuiku? Mungkinkah begitu, aku tak yakin jika melihat gelagat bijara ibu mas yusuf yang sepertinya masih tetap sinis pada ku tadi pagi dipasar.
            Esok harinya dengan hati bertanya-tanya aku berjalan melangkah menuju rumah mas yusuf, jarak rumah ku dengan rumah mas yusuf memang tak terlalu jauh. Sesampai disana sepertinya aku terlambat karena sudah tak ada orang yang menghadiri acara itu, hanya keluarga kecil mas yusuf yang aku lihat berada diruang tamu.
“masuklah yanti,dudklah”
“terimakasih bu..”
Setelah tak lama aku duduk aku melihat seseorang yang selama ini aku rindukan, tubuh tegap mempesona itu keluar dari bilik nya. Ia tersenyum padaku, senyumnya membuat aku tau bahwa dia juga sangat merindukankku. Aku tak mengedipkan mata pandangan kami sama-sama tertuju, debar itu semakin aku rasakan hingga aku terkaget oleh suara yang menyadarkanku.
“yanti kami sengaja memanggilmu kesini untuk membicarakan hubunganmu dengan yusuf”
Suara ibu mas yusuf membuatku tertunduk, aku lihat mas yusuf duduk tepat berada didepanku, matanya sangat teduh membuat ku terasa nyaman. Tapi fikiranku tak lepas dari perkataan ibu mas yusuf. Apa maksud dari perkataanya barusan? Apakah itu tandanya orang tua mas yusuf merestui kami, sebelum fikiranku terbang kemana-mana aku segera menyahuti ibu mas yusuf.
“maksud ibu ..?”
Aku masih terheran-heran, masih sangat bingung apa maksud semua ini?
“iya..selama ini kamu tau yusuf anak kami satu-satunya. Kamu menginginkan kebahagiaan yusuf seutuhnya”
Aku mulai tau arah pembicaraan ibu mas yusuf, sepertinya ia masih tetap bergeming pada hubungan kami. Saat aku akan menyahut suara lembut seorang laki-laki mendahului ku.
“kebahagiaanku hanya pada yanti bu..aku bahagia bersamanya aku tetap akan menikahi yanti setelah aku selesai bertugas”
Mas yusuf seperti membawa angin segar untuk ku,untuk hatiku. Tetapi suara keras tiba-tiba seperti tak terima keluar dari mulut ibu mas yusuf.
“yusuf..apa yang kau katakan, sadarkah kau yusuf? Turutilah ibumu yang ingin membuatmu bahagia. Carilah wanita yang sepadan dengan kita”
Kata-kata itu membuatku terisak, aku tak terima, aku teringat orang tuaku, salahkah aku dan orang tuaku yang terlahir sebagai keluarga sederhana. Mas yusuf memandangku iba, aku tetap terisak. Ternyata inilah yang akan dibicarakan keluarga mas yusuf padaku.
“bu sudah aku katakan aku hanya bahagia dengan yanti, tak ada seorang lagi selain yanti”
Mas yusuf tetap pada pendiriannya, tetap ingin menikahiku. Tetapi rasa sedih dan kecewaku membuat aku tak mampu bertahan di rumah itu. Aku berdiri dan beranjak keluar, aku tak tahan aku tak memikirkan apa-apa lagi. Rasa kecewa ku pada keluarga mas yusuf telah tertumpuk.
Malam harinya mas yusuf datang menemui aku, aku merasakan bahwa mas yusuf memang benar-benar mencintaiku, inilah buktinya mas yusuf datang membawa sejuta harapan.
Mas yusuf datang sekaligus berpamitan, ia berjanji akan kembali untukku, akan melamarku setelah ia selesai dari tugasnya,tanpa restu orang tuanya sekalipun ia nekad kali ini.
            Dua tahun setelah aku menunggu akhirnya mas yusuf kembali, kembali padaku, selama ini ku jaga diriku dan cintaku hanya untuk menunggu mas yusuf. Penantianku tak sia-sia malam itu sosok tinggi tegap mengetuk pintu membuat debar jantungku tak terkontrol.
“mas yusuf, kau kembali mas”
“iya yanti ini aku, aku kembali untukku, aku ingin bertemu orang tua mu yanti”
“untuk apa mas, ayolah masuk”
Setelah mas yusuf duduk aku beranjak kedalam untuk memanggil bapak dan ibuku. Bapak dan ibuku sama kagetnya melihat mas yusuf yang lama tak terlihat, sekali datang ia mengajak orang tuaku bicara serius. Mas yusuf langsung mengungkapkan maksudnya yang membuatku berbinar senang sekali.
“tapi yusuf bagaimana dengan orang tuamu yang tak menyetujui hubungan kalian?”
“aku sudah bicara dengan keluargaku diwonosobo pak, mereka mendukungku, mereka juga tau sikap orang tuaku yang keras, mereka siap datang untuk aku dan yanti”
“baguslah suf, lalu bagaimana selanjutnya? Apa kita akan segera menentukan tanggalnya?”
“seperti aku belum bisa menentukan tanggalnya pak”
Perkataan mas yusuf mencekat pikiranku, aku tak tau apa yang dimaksudnya.
“maksud mas yusuf apa?
“6 bulan kedepan aku harus meneruska tugasku yanti, setelah itu aku pulang dan menetap disini, timor leste tempatku bertugas disana masih terjadi perang yanti aku mohon doa padamu semoga semua selesai tepat waktu”
“tentu mas, doa ku selalu menyertaimu”
“baiklah pak aku pamit pulang, aku akan kemari setelah tugasku selesai, aku akan membawa keluargaku dari wonosobo”
“iya suf, jangan kecewakan yanti”
“tentu pak, aku mohon doa”
Mas yusuf keluar dari rumahku setelah berpamitan dengan bapak dan ibuku, aku mengantarkanya sampai depan pintu.
“mas segeralah kembali”
“pasti yanti”
            Setelah pertemuan malam itu aku tak pernah lagi bertemu dengan mas yusuf, hanya doa yang mampu mengobati rinduku pada mas yusuf. Hari demi hari aku lalui tanpa mas yusuf. Rasa cinta ini semakin tumbuh subur, aku ingin segera merengkuh kebahagiaan dipelaminan bersama mas yusuf.
            Sampai suatu ketika kabar tentang mas yusuf membuatku hancur, aku tak mampu berkata-kata. Nyawaku seperti copot dari ragaku, langit seketika mendung menghitam, setelah darningsih datang dan mengabarkan bahwa mas yusuf meninggal saat terjadi konflik memanas ditimor leste. Suami darningsih juga anggota TNI yang sama-sama bertugas dengan mas yusuf ditimor leste.

Aku tak mampu berdiri tegap,tak bisa percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin allah mengambil mas yusuf dariku, setelah sekian lama aku menunggu. Inikah hukuman untuk kami karena menentang orangtua mas yusuf. Tetapi aku tak bisa terima semua hancur, mas yusuf pergi meninggalkan janji-janjinya padaku. Kepada siapa lagi aku memberika cinta ku kalau bukan untuk mas yusuf, tetapi kini ia telah pergi jauh meninggalkan aku sendiri. 

SELESAI !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar