Kamis, 26 Juni 2014

Rasa Tanpa Kata

Puisi Cinta
RASA TANPA KATA
Oleh : Mohammad Irfani


Cahaya termakan kegelapan
Riuh tertelan sepi
Angin berhembus menyapa hati
Tanpa dia arti sendiri
Awan sampaikan rasaku padanya
Rasa yang tak dapat tertahan
Hujan berikan dia kesejukan
Sesejuk hatiku saat melihatnya
Rasa rindu ini merajai hati
Ingin kuberlari membawa rindu ini
Mentari tersenyum memandangmu
Tanpa kau tau rasaku
Burung berkicau memandangmu
Tanpa kau tau rinduku

Langkah Jiwa

Puisi Jiwa
LANGKAH JIWA
Oleh :Mohammad Irfani


Langkah jiwa semakin keras
Menapaki karang yang tak terbatas
Kugambar semua angan
Dalam kanvas pikiran
Langkah jiwa semakin keras
Dengan langkah kaki makin terbatas
Tak bisa mencoba berlari
Bahkan tak ingin berlari
Langkah jiwa semakin keras
Dengan tetes embun makin deras
Kutunggu sisa hujan semalam
Harap keindahan tentang angan 

Pohon

Puisi Keluarga
POHON
Oleh : Mohammad Irfani


Kusebut kalian dalam doa
Akar, batang, daun, bunga, dan buah
Akar
Kau penopang kami,
Penahan hembusan angin
Batang,
Kau pegangan kami
Penunjuk arah langkah kami
Daun,
Kau penjaga bunga dan buah
Senyuman awal tumbuhan indah
Bunga,
Harapan sebuah langkah
Penambah keindahan dalam berkah
Buah,
Mengalahkan keindahanku
Tapi akan menjadi tanggunganku
Tanggungan yang memberi senyuman
Harapan akar pada tumbuhan 

Gerakan Langit

Puisi Alam
GERAKAN LANGIT
Oleh : Mohammad Irfani


Ciptaan alam kadang indah
Burung bernyanyi keras
Saat senja
Matahari di pangkuan ombak
Saat cahaya dimakan samudra
Bulan ada di ranting pohon
Musim gugur
Daun jatuh tapi angin sejuk menyentuh jiwa
Musim panas
Mentari membakar tubuh
Tapi memberi kehangatan malam
Musim hujan
Dingin membekukan alam
Tapi tetap memberi harapan

Tak Sejalan

Puisi Jiwa
TAK SEJALAN
Oleh : Casrini

Rasa tak tau kemana melangkah
Otak ku terus berjalan
Tanpa tau dimana akan berhenti
Hatiku terus berucap
Mencoba menerima kenyataan
Kaki terus, terus, dan terus
Memijak tanah yang tak kumengerti
Keindahan bumi di mata
Seakan hilang seketika
Aku terjatuh, terpuruk, dan tertatih
Hingga aku melihat cahaya cerah
Cahaya mengiringi tapi malu tetap menguasai
Langkah ingin mencapai kebahagiaan
Nafas ringan dengan senyuman

Alam Rindu

Puisi Cinta
ALAM RINDU
Oleh : Casrini


Rasa rindu merajai
Bagai tanaman merindu
Akan air hujan
Sedetik terjatuh memberi kesegaran
Rasa rindu menguasai
Bagai pagi merindu mentari
Secuil cahaya memberi kehangatan
Meresap dalam hati pejuang
Rasa rindu mendominasi
Bagai malam merindu rembulan
Memberi secercah penerangan
Menghiasi langit kegelapan 

Bawah Dan Atas

Puisi Alam
BAWAH DAN ATAS
Oleh : Casrini

Bumi berputar tanpa gerakan
Mentari menyapa sisa rembulan
Panas matahari menghiasi siang
Senja datang bersama warna kekuningan
Keindahan malam berhias bintang

Begitu polos warna samudra
Menyembunyikan keindahan warna di dalamnya
Ada batu dan karang
Serupa tapi berbeda
Negeri diatas awan
Ciptaan keindahan alam
Hamparan tumbuhan pegunungan
Menghiasi tanah ciptaan-Nya

Sandal Kanan

Puisi Sosial
SANDAL KANAN
Oleh : Casrini


Nafas tersengal
Saat sadar matahari hilang
Langkah kami penuh mimpi
Untuk sesuap nasi pagi nanti
Kami hantu pencari harta
Kau hanya diam di atas tahta
Kami menyuapimu
Kau balas dengan cacimu
Kau besar karenaku
Tapi kami kecil di matamu
Kami langkah penyeimbangmu
Kau lupa akan keberadaanku
Tanpa kami
Jejak kaki tak kan indah
Tanpa kami
Kau tak kan berlari
Tanpa kami
Kau tak kan bisa dipuji
Dan tanpa kami
Kau tak kan menyentuh mentari

Kamis, 12 Juni 2014

Tentang Terpujinya Cinta

Telah kita ketahui bahwa Nabi SAW menganjurkan kita untuk mengekspresikan rasa cinta. Lantas, apakah merahasiakan cinta itu selalu terlarang? Terlarangkah menyembunyikan cinta dalam keadaan apa pun?
Tidak selalu dan tidak selalu. Ada kalanya kita perlu menyembunyikan rasa cinta di dalam hati.
Tujuannya, antara lain: menjaga keutuhan cinta; mempertahankan hubungan pertemanan; memelihara kehormatan diri; menjaga keselamatan diri.
Kalau di antara itulah alasan Anda merahasiakan rasa cinta Anda kepada si dia, maka Anda justru merupakan pencinta yang “memiliki sifat yang terpuji”. Demikian fatwa Ibnu Hazm. (Di Bawah Naungan Cinta, hlm. 83)

Bismillah….
Saya mungkin tipe yang ‘mengumbar2′… Ingin sekali saya mengumumkan kepada dunia ketka saya benar2 sedang di’mabuk cinta’.. Saya utarakan ini kepada orang yang saya maksud dengan cara yang (menurut saya) paling tepat dan juga di blog… Sengaja tidak saya umumkan siapa wanita ini sebenarnya. Karena jujur saya harus berhati-hati karena ini bersangkutan dua orang dengan dua lingkungan dan latar belakang berbeda.. Saya tidak mau jika termyata finalnya kami tidak bersama, kelak akan ‘mempersulit’ kelancaran datangnya kesempatan untuknya kelak…
Jadi jika saya ‘merahasiakan’nya.. Alasannya bukan karena saya takut malu, takut di-hina, takut cupu atau gengsi…. sama sekali bukan…
Tapi karena ingin membahagiakan orang yang saya cintai.. Tapi yaaa, pemahaman orang tentang hakikat cinta berbeda-beda.. Yang pasti di kala cinta ‘utama’ saya pada Sang Kekasih tetap terjaga, maka cinta saya ‘yang lain’ tidak akan membuat saya ’sakit’ walau luka itu ada….
Wallahu’alam..


Rabu, 11 Juni 2014

Jatuh Hati

JATUH HATI
Oleh : Ipang

apakah kau peduli
jika ternyata ku jatuh hati
apakah kau mau tahu
jika kau jatuh hati padaku
kali ini ku merasa cinta
memaksaku untuk bicara
berkali-kali ku coba
mencoba merangkai kata-kata
tapi apa yang terjadi
tak satu kata pun ku temui
kali ini ku merasa cinta
memaksaku untuk bicara
kali ini ku merasa cinta
membuatku tak mampu bicara
haruskah ku menerima
jika kenyataannya berbeda
atau ku biarkan saja
semua yang terjadi tetap seperti ini
kali ini ku merasa cinta
memaksaku untuk bicara
kali ini ku merasa cinta
membuatku tak mampu bicara
kali ini ku merasa
mungkinkah ku yang akan memilikinya
memilikinya memilikinya memilikinya memilikinya


Tentang Seseorang

KUINGIN KAU TAHU (TAK KAN ADA GANTINYA)
Oleh : Ipang

Bagaimana ku bisa Berpaling darimu
Sekian lama ku mencari Separuh jiwaku
Ku mau menunggu
Tak pernah berhenti
Sampai suatu saat nanti Kau kan menyadari

Ku ingin kau tahu Takkan ada habisnya
Ku masih miliki cinta Melebihi yang kau kira

Hanyalah senyummu yang menghapus rinduku
Telah lama tak ku jumpa Menghilang dariku
Akan kulakukan asal kau kembali
Ku tak sanggup sendiri lebih lama lagi

Ku ingin kau tahu Kau tetap dihatiku
Ada yang harus kau mengerti
Kau takkan ada gantinya
Yang aku inginkan hanyalah
Dirimu bersamaku selamanya
Bantu aku pergi dari sepi
Yang ku rasa menyakitkan

Sabtu, 07 Juni 2014

Cerpen Kesayuan Gadis Malang

Sumber : Riwayat dan Pengalaman Hidup Sang Penulis
Editor    : Erfany's Sandiaga
Nama tokoh disamarkan demi kerahasiaan 

KESAYUAN GADIS MALANG
Oleh : CS Rusdi

Nita adalah seorang gadis berusia 15 tahun, dia hidup sederhana dengan ibu dan ayahnya yang masih dalam kondisi struk. Meskipun seperti itu, Nita adalah remaja yang ceria dan ramah.
Pagi ini saat Nita mendengar suara lembut ibunya membangunkannya dari tidur dan membuatnya merasa lebih baik.
“Nita….!” Panggil ibunya.
“Iya bu” sahut Nita.
“Ayo bangun dan mandi!”
“Baiklah bu…”
Nita bangun dan turun dari tempat tidurnya untuk bergegas menuju kamar mandi. Selesai mandi, Nita pergi ke sekolah tanpa lupa pamit dan sarapan. Dalam perjalanan ke sekolah seperti biasa Nita menghampiri temannya terlebih dahulu. Sesampai di rumah temannya Nita harus menunggu temannya yang masih sarapan. Kemudian mereka berangkat menuju sekolahnya. Sesampai di sekolah, Nita dan Andin mengikuti pelajaran seperti biasa sampai saat pulang sekolah tiba. Dalam perjalanan pulang Nita memulai percakapan dengan Andin.
“Din, entah kenapa saya merasa hari ini lancar sekali. Mulai dari ibuku yang terlihat bahagia dan kondisi ayahku yang makin membaik…” tanya Nita.
“Bagus dong Nit?” Jawab Andin.
“Iyo sie, Alhamdulillah!” Sahut Nita sambil melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
Sesampai di rumah dengan wajah bahagia Nita dikejutkan dengan tangisan ibunya. Nita bingung dan langsung masuk ke dalam rumah, tanpa disangka Nita melihat ayahnya yang terbujur kaku diatas ranjang kesayangan ayahnya. Saat melihat ayahnya, Nita hanya bisa diam dan menatap wajah ayahnya dalam-dalam sambil mengeluarkan air mata. Nita menangis dalam diamnya. Ibunya yang terlalu terpukul memeluk Nita dengan erat sambil berkata “Nita,… ayahmu?” sambil terus mengeluarkan air mata.
Tak ada kata dimulut Nita. Dia hanya bisa diam dan terpaku. Nita berjalan keluar rumah dan berhenti di sebuah pos kamlingdi kampungnya. Dia duduk diam sambil berfikir kenapa ini bisa terjadi?.
Andin tetangga sekaligus teman dekat Nita mendekatinya dan duduk disampingnya. Mereka duduk diam bersama-sama tanpa mengeluarkan sepatah kata pun selama 15 menit. Setelah 15 menit berlalu Nita menatap Andin dengan mata berkaca-kaca. Andin membalas tatapannya dan tiba-tiba Nita memeluk Andin sambil menangis dengan sangat keras.
“Sabarlah Nit… ini sudah takdirnya!” ucap Andin.
“Saya tak tahu harus bagaimana Din? Saya bingung! Pagi tadi saya baru saja melihat ayah saya membuka matanya, kenapa sekarang?” tanya Nita sambil menangis.
“Saya pun tak tahu Nit, tapi kalau ini yang terjadi berarti ini yang terbaik.” Jawab Andin.
Nita tak membalas pernyataan dari Andin, dia hanya bisa menangis. Tak lama Andin mengantar Nita pulang untuk ikut memandikan jenazah ayahnya. Tibalah waktu dimana jenazah almarhum ayah Nita dimakamkan. Di pemakaman Nita kembali terdiam karena tak pernah menyangka semua ini akan terjadi. Saat prosesi pemakaman selesai para pelayat melangkah meningngalkan pemakaman tapi Nita masih dalam diam duduk disamping makam ayahnya. Ibunya mengajaknya pulang ke rumah tetapi Nita menolaknya karena dia masih belum bisa menerima sepenuhnya keadaan yang terjadi pada ayahnya.
Selang berapa jam Nita baru bisa berfikir nyata dan mencoba menerima kenyataan. Dia berjalan pelan meninggalkan pemakaman menuju rumahnya.
Malam tiba dan pengajian pun dimulai. Saat pengajian dilakukan Nita hanya bisa diam di dalam kamarnya sambil mengenang kasih sayang yang diberikan ayahnya saat beliau masih hidup, itu berlangsung selama satu minggu.
Hari demi hari dia lalui dengan terus bertanya-tanya dalam benaknya atas apa yangn terjadi kepada ayahnya. Nita berubah menjadi gadis pendiam dan suka menyendiri, hanya Andin yang selalu menemani Nita dan mengerti perasaan Nita. Ibu dan kakak Nita pun khawatir dengan kondisi psikologis Nita karena  karena mereka tahu bahwa Nita sangat dekat dengan ayahnya.
Dengan berbagai cara keluarga Nita membujuk Nita untuk bercerita apa yang dirasakannya tetapi Nita tak pernah bicara. Sikap diam Nita berjalan selama hampir 3 tahun, dia menyimpan segala gejolak di dalam pikirannya dan kesedihan karena kematian ayahnya.
Waktu berjalan dan Nita pun lulus SMA. Saat kelulusan dia kembali merasa kehilangan ayahnya karena semua temannya datang untuk melihat pengumuman kelulusan dengan ayahnya sedangkan dia hanya ditemani kakak laki-lakinya. Setelah nita dinyatakan lulus dia bingung harus seperti apa dan berjalan kemana. Akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Universitas. Meskipun Nita tidak yakin bisa berkomunikasi dengan orang baru.
Pendaftaran masuk universitas telah dibuka dan Nita mendaftar bersama Andin. Tanpa Nita tahu Andin mengambil jurusan yang berbeda dengan Nita. Saat tahu hal itu Nita semakin tidak yakin kepada dirinya sendiri. Rasa takut menjalin hubungan dengan orang baru memenuhi kepalanya dan meracuni setiap tidurnya.
Rasa khawatir dan takut Nita semakin dalam dan akhirnya Nita jatuh sakit. Selama sebulan Nita susah bernafas dan hanya diam sampai disuatu malam Nita melihat ibunya jatuh sakit hanya karena memikirkan Nita yang tidak pernah mau bicara. Melihat ibu yang paling dia sayang jatuh sakit, dia mulai memberanikan diri untuk membuka mulutnya. Sambil menangis dia mengatakan semua yang dia rasakan selama ini dan semua fikiran yang mengganggunya.
Hari berlalu dan Nita pun mulai membaik. Dia mulai terbuka dan mau berkomunikasi dengan keluarganya meskipun Nita belum bisa berkomunikasi dengan orang lain. Sikap Nita ini berlangsung selama satu tahun.

Tahun berganti tapi Nita masih dalam diam. Untuk merubah sikap Nita, ibu dan kakaknya memutuskan untuk mendaftarkan Nita ke sebuah universitas agar Nita bisa belajar berkomunikasi dengan orang lain. Pertama masuk ke kampus Nita masih dalam diam dan tak bisa berkomunikasi dengan orang lain selain teman SMAnya dulu. 

Cerpen Mendung Tak Berujung (Eka Hardiyanti)

Cerpen Eka Hardiyanti (Juni 2014)

Mendung tak Berujung

Malam ini aku tak sanggup memejamkan mata, pikiranku kabur entah kemana. Mengingat omongan bapak tadi siang di sawah saat aku mengirim makanan untuk bapak dan parah buruh tani lainnya.
sudahlah yanti, jangan kau fikirkan lagi si yusuf !! itu akan membuatmu semakin bingung, lihatlah sekarang kamu kurus seperti ini”
Mungkinkah aku bisa tak memikirkan mas yusuf kekasih ku? Ah rasanya sulit. Untuk sekejap memejamkan mata dan sekejap menghilangkan bayanganya saja rasa nya tak mampu.
Sudah dua minggu aku tak berjumpa dengan mas yusuf, rasa rindu ini tak mampu terbendung menjebol pagar hatiku, aku tak bisa berlama-lama tanpanya. Apalagi jika memikirkan keinginan kami untuk segera menikah, dua minggu lalu di kebun kelapa pinggir desaku kami bertemu dan mencoba membicarakan hal itu kembali, setelah berpuluh-puluh kali kami membahasanya,kami tak menemukan jalan keluar ! apa yang membuat sulit? Jelas kami saling mencintai, kehidupan mas yusuf pun aku rasa sudah cukup mapan untuk menghidupi keluarga kecil kami nanti nya ! lalu apa lagi?
Inilah hal yang selalu memekik pikiran dan perasaanku, sulit menemukan celah untuk keluar dari maslah kami.
Aku hanya seorang anak petani desa biasa, akupun hanya lulusan pondok pesantren didesaku, tak ada pendidikan tinggi yang kuambil setelah mondok. Aku memilih bekerja dirumah membantu bapak ibukku mengurus rumah dan sawah. Kalaupun aku meneruskan pendidikan ku pastilah akan sangat memberatkan orang tuaku, apalagi adikku fatma yang juga membutuhkan biaya untuk masuk pondok, keluargaku tak ada yang memiliki pendidikan tinggi, meneruskan sekolah setelah dari pondok hijrah kekota. Dulu aku sempat ingin kekota meneruskan sekolah bersama darningsih teman satu pondok sekaligus satu desa denganku. tapi aku fikir tidaklah ! bagaimana nanti kalo aku ke kota, siapa yang akan membantu ibukku, siapa yang akan membiayai aku dan fatma? Dengan berat hati aku urungkan niatku dan memendam cita-cita ku menjadi guru ! yaa..aku ingin menjadi guru, rasanya bangga sekali jika aku bisa menyandang gelar sarjana dan bisa mengajar disekolah didesakku, tapi inilah takdirku, takdir yang membawaku pada kehidupan yang sekarang ini, aku nikmati hari-hari ku menjadi gadis desa biasa hingga akhirnya aku bertemu dengan mas yusuf ! tak pernah aku mengira saat aku berjalan membawa makanan yang akan ku antarkan pada bapak kesawah aku bertemu dengan cintaku, dengan kekasihku di persimpangan jalan. Mas yusuf begitu gagah, tinggi,menawan, dan mempesona, entah apa yang membawa kami pada sebuah cinta yang indah sampai saat ini.
            Waktu itu mas yusuf sedang berjelajah dihutan karena profesinya sebagai anggota militer, mas yusuf adalah anggota TNI angkatan darat yang sedang bertugas didesaku.
Pesona cinta yang membawa kami pada hubungan ini, pertemuan itu berlanjut pada hubungan serius hingga akhirnya mas yusuf mengungkapkan perasaannya padaku, mungkin karena kita terbiasa bertemu diujung jalan sana, pertemuan yang tak pernah sengaja membawa niat mas yusuf untuk melamarku ! tapi tak semulus yang aku bayangkan, aku tak menyangka penolakan keluarga mas yusuf sangat keras, alasannya karena aku hanya gadis desa anak petani kecil sedangkan mas yusuf lahir dari keluarga militer yang terpandang, bapak nya juga anggota TNI ibunya sangat mpriyayi yang harus mempertimbangkan segala hal dengan matang. Ditambah lagi mas yusuf adalah anak satu-satunya dalam keluarga nya. Ibunya menginginkan mas yusuf menikah dengan perempuan yang sepadan yang derajatnya sama dengan mereka.
Entahlah saat itu bagaimana perasaanku, yang jelas aku sangat kecewa saat mas yusuf mengungkapkan nya saat kita bertemu.
Aku dan mas yusuf sudah berkali-kali meyakinkan orang tua mas yusuf tapi semua nihil, tak pernah terbuka hati mereka untukku.
Aku tak mampu menyembunyikan ras sedihku, rasa tak terima karena ini menyangkut harga diriku dan keluargaku.
Mas yusuf selalu meyakinkanku agar aku bersabar tetapi aku tak mampu bertahan.
Hanya pada sang pemberi hidup aku mengadukan kegundahanku, aku menangis,mengeluh semua hanya padanya.
Suatu kali mas yusuf menekan orang tuanya agar melamarkan aku untuknya tetapi keinginan mas yusuf semakin mebuat orang tuanya keras tak bergeming.
Entah apa salah ku dan orang tuaku, aku terlahir dari keluarga sederhana, tetapi tak mengurangi ketakwan kami pada sang pemberi hidup. Ku syukuri kehidupanku, walau aku hanya gadis desa anak petani biasa tetapi bapakku bertanggung jawab tak pernah menelantarkan aku dan fatma, orang tuaku memberikan kasih sayang nya pada kami seutuhnya, membiayai hidup kami sampai saat ini, tetapi usaha orang tuaku hanya di pandang sebelah mata oleh orang tua mas yusuf.
            Rasa cinta kami yang mampu membuat aku dan mas yusuf bertahan hingga saat ini. Bulan depan mas yusuf akan pergi keluar jawa karena tugasnya, semakin jauh saja keinginan kami, semakin sulit untuk kami gapai, bagaimana nanti jika mas yusuf tak menemui ku lagi, tak ingat padaku lagi? Fikiran itu terus terbayang dibenakku.
Paginya aku terbangun dengan mata yang masih menyipit, lelah sekali rasanya, entah karena bekerja seharian atau karena memikirkan mas yusuf aku tak tau. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pagi ini aku berniat akan pergi kepasar seperti menyiapkan makanan untuk bapak dan para buruh tani lainnya. Aku berjalan sempoyongan, masih terasa ngantuk sekali karena semalam aku tidur tak lelap !
Setelah selesai aku langsung berjalan menuju pasar, langkah kakiku tak membuat fikiranku lepas dari mas yusuf. Sesampai dipasar aku dibuat kaget oleh teriakan seorang ibu yang memanggil nama ku.
“yantii..”
“ibuu..sedang berbelanja juga? Senang kita bertemu disini”
Ternyata ibu mas yusuf yang memanggilku, aku kaget,tercengang, akan berbuat apa aku setelah ini. Orang yang membenciku dan sangat menentangku dengan mas yusuf kini memanggil namaku ! entah ada urusan apa.
“iyaa..aku sedang berbelanja untuk syukuran yusuf yang telah dipindah tugaskan ke luar jawa, apa kamu sudah tau tentang hal itu?”
“iyaa bu, mas yusuf telah menyampaikannya padaku”
“baguslah yanti kalau kau sudah mengerti”
Tetap dengan nada sinis ibu mas yusuf menyampaikan hal itu, hatiku semakin teriris mendengar mas yusuf yang akan pergi jauh meninggalkan ku, sekarang saja dia tak tampak menemuiku beberapa minggu ini, apa dia sudah melupakan aku dan menuruti orang tuanya untuk meninggalkanku? Entahlah !
“kapan syukuran itu akan dilaksanakan bu?”
“besok malam, aku ingin kau datang yanti”
“aku bu..?”
Untuk apa aku datang? Bukankah selama ini aku tak diinginkan dalam keluarga mas yusuf, aku bicara sendiri dalam hati dan sebentar melamun.
“yaa..karena ada yang ingin kami bicarakan padamu yanti”
“baiklah bu..akan aku usahakan besok”
“yaa..kalau begitu aku akan melanjutkan belanja ku yanti”
“baiklah bu..aku juga akan pulang”
Setelah pertemuan ku dengan ibu mas yusuf aku tak henti-hentinya melamun memikirkan hal apa yang akan dibicarakan keluarga mas yusuf denganku. Apakah mereka sudah merestuiku? Mungkinkah begitu, aku tak yakin jika melihat gelagat bijara ibu mas yusuf yang sepertinya masih tetap sinis pada ku tadi pagi dipasar.
            Esok harinya dengan hati bertanya-tanya aku berjalan melangkah menuju rumah mas yusuf, jarak rumah ku dengan rumah mas yusuf memang tak terlalu jauh. Sesampai disana sepertinya aku terlambat karena sudah tak ada orang yang menghadiri acara itu, hanya keluarga kecil mas yusuf yang aku lihat berada diruang tamu.
“masuklah yanti,dudklah”
“terimakasih bu..”
Setelah tak lama aku duduk aku melihat seseorang yang selama ini aku rindukan, tubuh tegap mempesona itu keluar dari bilik nya. Ia tersenyum padaku, senyumnya membuat aku tau bahwa dia juga sangat merindukankku. Aku tak mengedipkan mata pandangan kami sama-sama tertuju, debar itu semakin aku rasakan hingga aku terkaget oleh suara yang menyadarkanku.
“yanti kami sengaja memanggilmu kesini untuk membicarakan hubunganmu dengan yusuf”
Suara ibu mas yusuf membuatku tertunduk, aku lihat mas yusuf duduk tepat berada didepanku, matanya sangat teduh membuat ku terasa nyaman. Tapi fikiranku tak lepas dari perkataan ibu mas yusuf. Apa maksud dari perkataanya barusan? Apakah itu tandanya orang tua mas yusuf merestui kami, sebelum fikiranku terbang kemana-mana aku segera menyahuti ibu mas yusuf.
“maksud ibu ..?”
Aku masih terheran-heran, masih sangat bingung apa maksud semua ini?
“iya..selama ini kamu tau yusuf anak kami satu-satunya. Kamu menginginkan kebahagiaan yusuf seutuhnya”
Aku mulai tau arah pembicaraan ibu mas yusuf, sepertinya ia masih tetap bergeming pada hubungan kami. Saat aku akan menyahut suara lembut seorang laki-laki mendahului ku.
“kebahagiaanku hanya pada yanti bu..aku bahagia bersamanya aku tetap akan menikahi yanti setelah aku selesai bertugas”
Mas yusuf seperti membawa angin segar untuk ku,untuk hatiku. Tetapi suara keras tiba-tiba seperti tak terima keluar dari mulut ibu mas yusuf.
“yusuf..apa yang kau katakan, sadarkah kau yusuf? Turutilah ibumu yang ingin membuatmu bahagia. Carilah wanita yang sepadan dengan kita”
Kata-kata itu membuatku terisak, aku tak terima, aku teringat orang tuaku, salahkah aku dan orang tuaku yang terlahir sebagai keluarga sederhana. Mas yusuf memandangku iba, aku tetap terisak. Ternyata inilah yang akan dibicarakan keluarga mas yusuf padaku.
“bu sudah aku katakan aku hanya bahagia dengan yanti, tak ada seorang lagi selain yanti”
Mas yusuf tetap pada pendiriannya, tetap ingin menikahiku. Tetapi rasa sedih dan kecewaku membuat aku tak mampu bertahan di rumah itu. Aku berdiri dan beranjak keluar, aku tak tahan aku tak memikirkan apa-apa lagi. Rasa kecewa ku pada keluarga mas yusuf telah tertumpuk.
Malam harinya mas yusuf datang menemui aku, aku merasakan bahwa mas yusuf memang benar-benar mencintaiku, inilah buktinya mas yusuf datang membawa sejuta harapan.
Mas yusuf datang sekaligus berpamitan, ia berjanji akan kembali untukku, akan melamarku setelah ia selesai dari tugasnya,tanpa restu orang tuanya sekalipun ia nekad kali ini.
            Dua tahun setelah aku menunggu akhirnya mas yusuf kembali, kembali padaku, selama ini ku jaga diriku dan cintaku hanya untuk menunggu mas yusuf. Penantianku tak sia-sia malam itu sosok tinggi tegap mengetuk pintu membuat debar jantungku tak terkontrol.
“mas yusuf, kau kembali mas”
“iya yanti ini aku, aku kembali untukku, aku ingin bertemu orang tua mu yanti”
“untuk apa mas, ayolah masuk”
Setelah mas yusuf duduk aku beranjak kedalam untuk memanggil bapak dan ibuku. Bapak dan ibuku sama kagetnya melihat mas yusuf yang lama tak terlihat, sekali datang ia mengajak orang tuaku bicara serius. Mas yusuf langsung mengungkapkan maksudnya yang membuatku berbinar senang sekali.
“tapi yusuf bagaimana dengan orang tuamu yang tak menyetujui hubungan kalian?”
“aku sudah bicara dengan keluargaku diwonosobo pak, mereka mendukungku, mereka juga tau sikap orang tuaku yang keras, mereka siap datang untuk aku dan yanti”
“baguslah suf, lalu bagaimana selanjutnya? Apa kita akan segera menentukan tanggalnya?”
“seperti aku belum bisa menentukan tanggalnya pak”
Perkataan mas yusuf mencekat pikiranku, aku tak tau apa yang dimaksudnya.
“maksud mas yusuf apa?
“6 bulan kedepan aku harus meneruska tugasku yanti, setelah itu aku pulang dan menetap disini, timor leste tempatku bertugas disana masih terjadi perang yanti aku mohon doa padamu semoga semua selesai tepat waktu”
“tentu mas, doa ku selalu menyertaimu”
“baiklah pak aku pamit pulang, aku akan kemari setelah tugasku selesai, aku akan membawa keluargaku dari wonosobo”
“iya suf, jangan kecewakan yanti”
“tentu pak, aku mohon doa”
Mas yusuf keluar dari rumahku setelah berpamitan dengan bapak dan ibuku, aku mengantarkanya sampai depan pintu.
“mas segeralah kembali”
“pasti yanti”
            Setelah pertemuan malam itu aku tak pernah lagi bertemu dengan mas yusuf, hanya doa yang mampu mengobati rinduku pada mas yusuf. Hari demi hari aku lalui tanpa mas yusuf. Rasa cinta ini semakin tumbuh subur, aku ingin segera merengkuh kebahagiaan dipelaminan bersama mas yusuf.
            Sampai suatu ketika kabar tentang mas yusuf membuatku hancur, aku tak mampu berkata-kata. Nyawaku seperti copot dari ragaku, langit seketika mendung menghitam, setelah darningsih datang dan mengabarkan bahwa mas yusuf meninggal saat terjadi konflik memanas ditimor leste. Suami darningsih juga anggota TNI yang sama-sama bertugas dengan mas yusuf ditimor leste.

Aku tak mampu berdiri tegap,tak bisa percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin allah mengambil mas yusuf dariku, setelah sekian lama aku menunggu. Inikah hukuman untuk kami karena menentang orangtua mas yusuf. Tetapi aku tak bisa terima semua hancur, mas yusuf pergi meninggalkan janji-janjinya padaku. Kepada siapa lagi aku memberika cinta ku kalau bukan untuk mas yusuf, tetapi kini ia telah pergi jauh meninggalkan aku sendiri. 

SELESAI !