Pendekatan
Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil.
Pendekatan
kontekstual atau CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu :
1.
Kontruktivisme
(Contructivism)
Dalam
pandangan ini, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks ruang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru
tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan di benak mereka sendiri
(depdiknas, 2002:11). Pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada pada diri siswa
dimanfaatkan dan siswa dilibatkan secara aktif, kreatif, produktif, dalam
proses pembelajaran dan diberikan pengalaman memecahkan masalah yang ada dalam
kehidupan nyata atau dalam konteks permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata
atau dalam konteks bermakna (Depdiknas, 2004:6).
Pandangan
kontruktivisme berpendapat bahwa manusia mengontruksi sendiri pengetahuan yang
diperolehnya berdasarkan pada skemata atau prior knowledge yang dimilikinya.
Oleh sebab itu, kemajemukan cara memperoleh pengetahuan dan memberikan sesuatu
sah adanya. Kontruktivisme sangat menghargai kemajemukan dan tidak menyarankan
keseragaman (Depdiknas, 2004:26).
Dengan
dasar tersebut, pembelajaran dikemas menjadi proses “mengontruksi” bukan
“menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
pandangan kontruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas
guru adalah memfasilitaskan proses tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan
bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Depdiknas, 2002:11).
2.
Menemukan
(Inquiry)
Kata
kunci dari strategi inkuiri adalah “siswa menemukan sendiri”. Langkah-langkah
kegiatan inquiry adalah : (1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).
(2) mengamati dan melakukan observasi. Misalnya, mengamati dan mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati. (3) menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya
lainnya. (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiens yang lain. Misalnya, karya siswa disampaikan pada
teman sekelas atau orang banyak untuk mendapatkan masukan (Depdiknas, 2002:13).
Melalui inkuiri siswa diberi kesempatan
untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip
ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya (Mulyasa, 2004:107).
3.
Bertanya
(Questioning)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting, yaitu untuk menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1)
menggali informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon
kepada siswa, (4) mengetahu seberapa jauh keingintahuan siswa, (5) mengetahui
hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian pada suatu yang
dikehendaki dosen, (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa, (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002:14).
4.
Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Learning
community merupakan
salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini pembelajaran
diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui shering antar teman, antar
kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi
bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa
segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling
tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan,
pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
5.
Pemodelan
Dalam
sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa
ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya, cara
melafalkan bahasa inggris, dan sebagainya. Dalam pendekatan kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh pemodelan di kelas, misalnya guru
bahasa indonesia menunjukkan teks berita dari sebuah harian sebagai modal
berita (Depdiknas, 2004:6).
6.
Refleksi
(Reflection)
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa mendapatkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan
atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari refleksi
adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa
yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru (Depdiknas,
2002:18).
Refleksi
merupakan juga bagian penting dalam proses pembelajaran yang perlu dilakukan
pada setiap akhir segmen pembelajaran atau akhir pembelajaran karena dengan
adanya refleksi dapat diketahui apa yang diperoleh siswa dan bagaimana proses
pemerolehannya (Depdiknas, 2004:7).
7.
Penilaian
yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran dengan benar. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode (semester)
pembelajaran, tetapi dilakukan bersama secara terintergrasi (tidak terpisahkan)
dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena assessment menekankan proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (Depdiknas,
2002:19).
Gibbs,
(1972) (dalam Mulyasa, 2004:106) menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil
penelitiannya, kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan,
komunikasi bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat.
Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan atau ditransfer dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini, siswa akan lebih kreatif jika: (1) dikembangkan
rasa percaya diri pada mereka, dan mengurangi rasa takut. (2) memberi
kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan
terarah. (3) melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya.
(4) memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter. (5)
melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan (Fenolingua, Agustus
2008).
Langkah-langkah
Pembelajaran CTL
Secara sederhana
langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengontruksikan sendiri, pengetahuan dan keterampilan barunya!
2. Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!
3. Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
4. Ciptakan
‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!
5. Hadirkan
‘model’ sebagai contoh pembelajaran!
6. Lakukan
refleksi diakhir pertemuan!
7. Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara!
Ciri
Kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual
1. Pengalaman
nyata
2. Kerja
sama saling menunjang
3. Gembira,
belajar dengan bergairah
4. Pembelajaran
terintegrasi
5. Menggunakan
berbagai sumber
6. Siswa
aktif dan kritis
7. Menyenangkan,
tidak membosankan
8. Shering
dengan teman
9. Guru
kreatif
Penerapan
Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Menulis
Penerapan
pendekatan CTL dalam pembelajaran menulis dilakukan dengan mengembangkan
pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila tujuh komponen CTL
diterapkan secara nyata selama proses pembelajaran menulis berlangsung.
Penerapan
pembelajaran menulis dengan pendekatan kontekstual atau CTL dapat dilaksanakan
dengan langkah: (1) mengamati objek yang akan ditulis, (2) mencatat unsur-unsur
penting dari objek yang akan ditulis; (3) menyusun kerangkan tulisan; (4)
menulis sesuai dengan objek yang akan diamati dan kerangka tulisan yang telah
disusun; (5) membentuk kelompok untuk diskusi; (6) mendiskusikan hasil tulisan;
dan (7) memperbaiki hasil tulisan berdasarkan hasil diskusi dan arahan dosen
atau guru (fenolingua, Agustus 2008,
tahun 16, nomor 2).
Guru
dapat pula mengembangkan cara lain dalam pembelajaran dalam menulis dengan CTL
melalui penerapan tujuh langkah. Adapun langkah-langkah konkret dalam
pembelajaran menulis dengan menerapkan tujuh komponen CTL adalah sebagai
berikut.
1.
Inkuiri
Pelaksanaan
proses belajar menulis (mengarang) dilaksanakan dalam tahap pra menulis,
menulis, dan pasca menulis. Pada tahap pra menulis, siswa dilarang untuk dapat
menghasilkan ide atau gagasan dari pengetahuan atau pengalaman yang
dimilikinya. Siswa dilatih untuk dapat mengembangkan daya imajinasinya melalui
kegiatan menemukan (inkuiri). Kegiatan inkuiri dalam pembelajaran menulis
diwujudkan melalui kegiatan menemukan topik, judul, dan ide pokok karangan
berdasarkan pengalaman nyata para siswa yang dituliskan dalam kerangka (draf)
kerangka yang dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan, bertanya, dan
menyimpulkan.
2.
Bertanya
Bertanya
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari orang lain.
Dalam pembelajaran menulis, bertanya (tanya-jawab) dilakukan sebagai ajang
tukar pengetahuan atau pengalaman diantara para pelaku belajar. Kegiatan
bertanya dilakukan dengan cara mengelompokkan para siswa dalam beberapa
kelompok belajar. Para siswa dalam satu atau antar kelompok melakukan kegiatan
bertanya untuk memperoleh pengetahuan atau informasi dari temannya yang dapat
digunakan untuk bahan dalam mengembangkan karangan.
3.
Konstruktivisme
Langkah
konkret melalui proses yang dilaksanakan dalam menulis (mengarang) pada elemen
ini dilakukan dalam tahapan-tahapan tertentu secara runtut. Tahapan mengarang
diawali dari menentukan topik dan judul karangan, menyusun kerangka karangan,
mengembangkan paragraf menjadi karangan. Dengan cara yang demikian, hasil
karangan atau tulisan para siswa menjadi lebih baik atau optimal.
4.
Masyarakat
Belajar
Kegiatan
menulis (mengarang) dapat dilakukan melalui kerjasama teman dalam kelompok atau
teman antar kelompok. Pengetahuan yang dibangun melalui kerjasama dengan teman,
dapat digunakan sebagai acuan pola pikir setiap individu siswa.
Masyarakat
belajar yang diterapkan pada pembelajaran menulis, membuat siswa merasa
terbantu dalam proses belajarnya untuk dapat menghasilkan karangan yang lebih
baik dibandingkan dengan pola belajar secara individu. Implementasi pada
kegiatan menulis dapat diwujudkan dalam kegiatan menentukan topik karangan, dan
menyusun kerangka karangan.
5.
Pemodelan
Implementasi
terhadap pembelajaran menulis pada elemen pemodelan adalah dengan memberi model
atau contoh karangan yang baik dan benar. Pemberian model dalam pembelajaran
menulis dapat mengefektifkan proses pembelajaran. Dengan memberikan contoh pola
karangan kepada siswa, mereka merasa lebih mudah dalam mengerjakan tugas dari
gurunya melalui pola yang telah dicontohkan.
6.
Penilaian
Otentik
Elemen
penilaian otentik dalam pembelajaran menulis dilakukan dengan memberi latihan
kepada para siswa untuk menilai karangan teman dan karangan sendiri secara
objektif. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka melatih siswa memiliki sifat
kejujuran dalam bekerja.
7.
Refleksi
Dalam
kegiatan menulis (mengarang), refleksi sangat dibutuhkan untuk dapat
mengembangkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau
karangan. Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap proses pembuatan karangan
mulai dari tahap penentuan topik karangan sampai kegiatan merevisi atau
memperbaiki karangan.
Contoh
Skenario Pembelajaran Kontekstual untuk Bahasa Indonesia
Pengorganisasian : Kelompok kecil
4-5 orang
Standar
Kompetensi :
Setelah
mengikuti kukliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi mengenai ruang
lingkup perencanaan pengajaran bahasa, pengembangan rumusan tujuan
pembelajaran bahasa, pengembangan evaluasi pengajaran bahasa, pengembangan
strategi dan metode pengajaran bahasa, pengembangan materi ajar bahasa,
ranah-ranah tujuan pengajaran, komponen-komponen, dan dapat mengembangkan RPP
yang ideal.
Kompetensi
Dasar:
Dapat
memahami konsep rumusan tujuan pembelajaran, ranah-ranahnya,
komponen-komponennya, dan dapat mengembangkan rumusan tujuan pembelajaran
yang ideal.
Indikator
:
1. Dapat
mendeskripsikan ranah-ranah tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
2. Dapat
mengidentifikasikan komponen-komponen tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
3. Dapat
membuat rumusan tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam 3
ranah.
Pola
Pembelajaran :
1. Melalui
diskusi mahasiswa dapat mendeskripsikan ranah-ranah tujuan pembelajaran
dengan tepat.
2. Melalui
disukusi mahasiswa dapat mengidentifikasikan komponen-komponen tujuan
pembelajaran dengan tepat.
3. Melalui
diskusi mahasiswa dapat membuat rumusan tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan ideal.
|
Contoh
Pola Pembelajaran CTL Bahasa Indonesia :
(Contextual
Teaching and Learning) dengan langkah-langkah: questioning, modeling, learning
community, contructivism, inquiry, reflection, autentic assessment.
Langkah-langkah
perkuliahan :
1. Kegiatan
Awal :
Dosen menjelaskan tujuan
perkuliahan data teknis belajar.
2. Kegiatan
Inti :
1) Eksplorasi
: mahasiswa membahas kasus-kasus yang terkait dengan rumusan tujuan
pembelajaran yang salah
2) Elaborasi
: mahasiswa belajar dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah yang diundi oleh
dosen kemudian mempresentasikannya.
3) Konfirmasi
: mahasiswa dan dosen bersama-sama membahas analisis dan solusi yang sudah
dibuat oleh kelompok mengenai rumusan tujuan yang salah. Dosen memberikan reward and punisment bagi pekerjaan
mahasiswa.
3. Kegiatan
Akhir :
Mahasiswa menyimpulkan hasil komentar
dari setiap presentasi kelompok dan dosen melakukan refleksi.
Alat, Bahan, Sumber Belajar
Alat : Papan tulis, spidol, laptop,
LCD proyektor.
Bahan : paper, handout, teks.
Buku
Perencanaan Pengajaran Bahasa karya Dr. Esti Ismawati, M.Pd. Penerbit Cawangmas
Yogyakarta tahun 2009 halaman 17-39.
Buku
PPSI Karya Abdul Ghofur penerbit CV Samudra Salatiga.
Penilaian
Teknik : Tes
Unjuk Kerja
Bentuk Instrumen
:
1) Buatlah
contoh rumusan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ranah kognitif.
2) Buatlah
contoh rumusan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ranah afektif.
3) Buatlah
contoh rumusan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ranah psikomotorik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar