ROLEPLAYING
1.
Pengertian Role Playing atau Bermain Peran
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada
tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986).
Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,
meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang
lain (Basri Syamsu, 2000).
Model
Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Pada
metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional
dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata
dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang
berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih lanjut
prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan
bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan
peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap
mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan
secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka
pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena
tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Model
pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain
Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok
memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi
kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.
2.
Langkah-Langkah Model Role Playing
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
- Guru menyusun/menyiapkan
skenario yang akan ditampilkan.
- Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
- Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
- Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai.
- Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
- Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan.
- Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa
diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan
masing-masing kelompok.
- Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya.
- Guru memberikan kesimpulan secara umum.
- Evaluasi.
- Penutup.
3.
Keunggulan dan Kelemahan Metode Role Playing
Ada
beberapa keunggulan dengan menggunakan metode role playing, diantaranya adalah:
- Dapat berkesan dengan kuat dan
tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang
menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
- Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas
menjadi dinamis dan penuh antusias.
- Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri
siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
- Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu
yang akan di bahas dalam proses belajar.
Kelemahan Metode Role Playing
Disamping memiliki
keunggulan, metode role playing juga mempunyai kelemahan, di antaranya adalah :
- Bermain peran memakan waktu
yang banyak.
- Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran
secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi
dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya.
- Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika
suasana kelas tidak mendukung.
- Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan
tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh.
- Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui
metode ini.
SOSIODRAMA
1.
Pengertian Sosiodrama
Sosiodrama berasal dari kata : sosio dan drama.
Sosio berarti sosial yaitu masyarakat, dan drama berarti mempertunjukkan,
mempertontonkan atau memperlihatkan.Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia
yang satu lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial.
Drama dalam pengertian luas adalah
mempertunjukkan atau mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang
dialami orang, sifat dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku
dalam hubungan sosial.
Istilah sosiodrama dan bermain
peranan (role playing) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan
didalam pelaksanaanya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti
Sosiodrama yang dimaksudkan adalah suatu cara
mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan
sosial. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah
yang secara nyata dihadapi oleh peserta didik.
Tujuan sosiodrama
antara lain sebagai berikut:
Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, menghilangkan perasaan kurang percaya diri dan rendah diri yang tidak pada tempatnya, mendidik dan mengembangkan kemampuan dan untuk mengemukakan pendapat didepan teman sendiri atau orang lain, membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, menghilangkan perasaan kurang percaya diri dan rendah diri yang tidak pada tempatnya, mendidik dan mengembangkan kemampuan dan untuk mengemukakan pendapat didepan teman sendiri atau orang lain, membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.
2.
Langkah-langkah Pelaksanaan Sosiodrama
a.
Menentukan secara pasti situasi masalah.
b.
Menentukan pelaku dan pemeran.
c.
Permainan sosiodrama atau peragaan
situasi.
d.
Menghentikan peragaaan setelah mencapai
klimaks.
e.
Menganalisa dan membahas permainan
peran.
f.
Mengadakan evaluasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama:
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama:
a.
Masalah yang dijadikan tema-tema
hendaknya dialami oleh sebagian besar siswa.
b.
Penentuan pemeran hendaknya secara
sukarela dan motivasi diri sendiri.
c.
Jangan terlalu banyak menyutradai,
biarkan murid mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
d.
Diskusi diarahkan kepada penyelesaian
akhir (tujuan), bukan terhadap baik atau buruknya lakon seorang murid.
e.
Kesimpulan diskusi dapat dirumuskan oleh
guru.
f.
Sosoidrama bukanlah sandiwara atau drama
biasa, melainkan peranan situasi sosial yang ekspresif dan hanya dimainkan satu
babak saja.
3.
Kelebihan
dan Kekurangan dalam Metode Sosoidrama
Kelebihan
metode Sosiodrama:
a. Dapat
berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. disamping merupakan
pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
b. Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias.
c. Membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
d. Dapat
menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
e. Dimungkinkan
dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan/membuka
kesempatan bagi lapangan kerja.
Kekurangan
metode sosoidrama:
a. Situasi
sosial yang diciptakan dalam suatu lakon tertentu, tetap hanya merupakan
situasi yang memiliki kekurangan kualitas emosional dengan situasi sosial yang
sebenarnya.
b. Sukar
untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak cemerlang untuk memecahkan
sebuah masalah.
c. Perbedaan
adat-istiadat, kebiasaan dan kehidupan didalam masyarakat akan mempersulit
pengaplikasian metode ini.
d. Kadang-kadang
anak-anak tidak mau memainkan suatu adegan karena kurangnya rasa percaya diri.
e. Metode
ini memerlukan waktu yang cukup panjang.
f. Anak-anak
yang tidak mendapatkan giliran akan menjadi pasif.
g. Memerlukan
kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini
tidak semua guru memilikinya.
h. Apabila
pelaksanaan sosiodrama mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan
kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
i.
Tidak semua mata pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini.
j.
Pada mata pelajaran agama masalah
keimanan, sulit disajikan melalui metode sosiodrama.
SIMULATION GAMES
1.
Pengertian
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005)
simulasi adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam
bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi:
penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistic
atau pemeran.
Udin Syaefudin Sa’ud (2005: 129)
simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem,
misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang
tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang
berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan
yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan
bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode
simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi
cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan
kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan
oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
Dalam pembelajaran yang menggunakan
metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan
berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode
simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.
Prosedur
Penggunaan Metode Simulasi
Sri
Anitah, W. DKK (2007: 5.23) prosedur yang harus ditempuh dalam penggunaan
metode simulasi adalah:
a. Menetapkan
topik simulasi yang diarahkan oleh guru,
b. Menetapkan
kelompok dan topik-topik yang akan dibahas,
c. Simulasi
diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang
dimainkan,
d. Proses
pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi,
e. Mengadakan
kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi.
Prasyarat
Pengoptimalan Pembelajaran dengan Metode Simulasi
Sri
Anitah, W. DKK (2007: 5.24) penggunaan metode simulasi menuntut beberapa
kemampuan guru, antara lain:
a. mampu
membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan peran yang akan
dilakukan siswa dalam simulasi,
b. mampu
memberikan ilustrasi,
c. mampu
menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi,
d. mampu
mengamati proses simulasi yang dilakukan siswa.
3.
Keunggulan
dan Kelemahan Metode Simulasi
Sri
Anitah, W. DKK (2007: 5.24) mengemukakan tentang keunggulan dan kelemahan
metode simulasi sebagai berikut:
Keunggulan Metode
Simulasi
a. Siswa
dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya,
b. Aktivitas
siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung
dalam pembelajaran,
c. Dapat
membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi
pembelajaran yang berbasis kontekstual),
d. Dapat
membina hubungan personal yang positif,
e. Dapat
membangkitkan imajinasi,
f. Membina
hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.
Kelemahan Metode
Simulasi:
a. Relatif
memerlukan waktu yang cukup banyak,
b. Sangat
bergantung pada aktivitas siswa,
c. Cenderung
memerlukan pemanfaatan sumber belajar,
d. Banyak
siswa yang kurang menyenangi sosiodrama sehingga sosiodrama tidak
efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar